Lingkungan tumbuh yang cocok untuk tumbuhan melati yaitu iklim panas tropik dan lebih disenangi pada tanah yang ringan dan berdrainase baik, kaya materi organik dengan kelembaban baik. Namun demikian melati juga banyak ditanam pada tanah yang bervariasi jenisnya. Untuk budidaya melati secara komersial diharapkan tanah yang remah, porus, berpasir dan juga kaya materi organik yang telah terdekomposisi (Pizzetti dan Coaker, 1968).
Umumnya bibit berasal dari stek cabang yang keras, dan setengah keras dengan panjang 5 atau 6 ruas. Bibit melati juga sanggup diperoleh dengan cara perundukkan dari cabang basal. Untuk keperluan penanaman secara luas hendaknya dipilih bibit yang sudah mempunyai perakaran baik dan berdaun penuh. Bibit yang baik sanggup diperoleh dengan pembibitan yang melalui pendederan di pot kantong plastik (polibag).
SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman melati terkonsentrasi di Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
1. Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyai iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah.
2. Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat C,
3. Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tumbuhan ini 50-80 %.
4. Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di kawasan yang cukup mendapat sinar matahari.
Media Tanam
1. Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), latosol dan andosol.
2. Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir hingga liat, aerasi dan drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung materi organik dan memiliki.
3. Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tumbuhan ini ialah pH=5–7.
Ketinggian Tempat
Tanaman melati sanggup tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah hingga dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya pembiasaan tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl, sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) sanggup menyesuaikan diri dengan baik hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, mirip di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga dataran menengah (0-700 m dpl).
Pembibitan
1. Teknik Penyemaian Benih : Tancapkan tiap stek pada medium semai 10–15 cm/sepertiga dari panjang stek. Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan) supaya udara tetap lembab.
2. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
2.1. Penyiapan tempat semai:
- Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium semai (campuran tanah, pasir steril/bersih).
- Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air yang berlebihan.
- Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20–30 cm. Siram medium semai dengan air higienis hingga basah.
2.2. Pemeliharaan bibit stek:
- Lakukan penyiraman secara kontinu 1–2 kali sehari.
- Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
- Pindahkan tumbuhan bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1–23 bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh adonan tanah, pasir dan pupuk organik (1:1:1).
- Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida takaran rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
Pengolahan Media Tanam
1. Pembukaan Lahan
- Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang tidak berguna/batu-batuan supaya gampang pengelolaan tanah.
- Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur, kemudian biarkan kering angin selama 15 hari
2. Pembentukan Bedengan : Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng 40–60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
3. Pengapuran : Tanah yang pH-nya masam sanggup diperbaiki melalui pengapuran, contohnya dengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime, CaO)/kapur hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanah masam ialah untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Ca dan Mg.
4. Pemupukan : Tebarkan pupuk sangkar di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secara merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk sangkar dimasukkan pada tiap lubang tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk sangkar berkisar antara 10-30 ton/hektar. Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150 cm. Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada isu terkini kemarau/1-2 bulan sebelum isu terkini hujan.
Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanam : Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahan kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2 gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang tanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg TSP dan 120 kg KCI. Bersama santunan pupuk dasar sanggup ditambahkan “pembenah dan pemantap tanah “ contohnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-Mate
- Pembuatan Lubang Tanam : Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang tanam ditanami satu bibit melati. Tanah bersahabat pangkal batang bibit melati dipadatkan pelan-pelan supaya akar-akarnya kontak pribadi dengan air tanah.
- Cara Penanaman : Jarak tanam sanggup bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam umumnya ialah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya ialah 40 x 40 cm, 40 x 25 cm dan 100 x 40 cm.
Pemeliharaan Tanaman
- Penjarangan dan Penyulaman : Cara penyulaman ialah dengan mengganti tumbuhan yang mati/tumbuhan absurd dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam yang bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan sesudah tanam. Penyulaman seawal mungkin bertujuan supaya tidak menyulitkan pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi seragam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, ketika sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
- Penyiangan : Pada umur satu bulan sesudah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tumbuhan melati dalam pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
- Pemupukan : Pemupukan tumbuhan melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan takaran pupuk yang dipakai terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-300 kg/ha/tahun. Pemberian pupuk sanggup dilakukan dengan cara disebar merata dalam parit di antara barisan tumbuhan / sekeliling tajuk tumbuhan sedalam 10-15 cm, kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan sanggup pula dengan cara memasukan pupuk ke dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tumbuhan melati. Waktu pemupukan ialah sebelum melaksanakan pemangkasan, ketika berbunga, sesuai panen bunga dan pada ketika pertumbuhan kurang prima. Pemberian pupuk sanggup meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yang kaya unsur fosfor (P), mirip Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.
- Pengairan dan Penyiraman : Pada fase awal pertumbuhan, tumbuhan melati membutuhkan ketersediaan air yang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari hingga tumbuhan berumur kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari. Cara pengairan ialah dengan disiram iar higienis tiap tanam hingga tanah di sekitar perakaran cukup basah.
- Waktu Penyemprotan Pestisida : Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) sanggup dipakai untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang kuat baik terhadap pembungaan melati ialah Cycocel (Chloromiguat) dan Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi 5.000 ppm menawarkan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman. Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh penggalan tanaman, terutama penggalan ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang dianjurkan 3.000 ppm–5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm kalau dipakai Ethrel.
- Lain-lain : Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati, mirip varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac) sanggup di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis melati Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari permukaan tanah.
PEMANGKASAN
Pemangkasan tumbuhan pada umumnya dimaksudkan untuk mendapat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan menjadi lebih baik mirip yang diinginkan. Pemangkasan juga merupakan salah satu komponen dari aspek pemeliharaan tumbuhan apabila yang dipangkas ialah cabang atau ranting yang sakit atau kering dan juga cabang – cabang yang tidak produktif.
Pada tumbuhan melati, pemangkasan bentuk dilakukan untuk keperluan melati pot atau taman. J. sambac apabila dipangkas penggalan cabang dan ranting-rantingnya secara cermat akan terbentuk tumbuhan yang mempunyai kanopi yang harmonis terhadap ukuran pot dan wadahnya dengan jumlah bunga banyak. Demikian pula J. multiflorum sanggup dibuat menjadi tumbuhan yang tegak berbentuk payung dan penuh bunga dipermukaan kanopinya. Tanaman tersebut menjadi sangat indah dan menarik apabila diletakkan pada posisi yang sempurna di dalam suatu taman.
Budidaya melati J. sambac yang tidak produktif alasannya ialah sudah berumur renta sanggup dilakukan pemangkasan berat hingga sekitar 1/4 – 1/3 tinggi tumbuhan aslinya. Dengan pemangkasan berat tersebut akan tumbuh tunas-tunas gres yang produktif. Agar timbulnya tunas-tunas gres tersebut lebih cepat, pemangkasan tumbuhan perlu diikuti pengairan secara teratur dan santunan pupuk secukupnya.
Tanaman J. sambac yang masih produktif, sanggup dilakukan pemangkasan pucuk sesudah panen bunga selesai. Hal tersebut dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas gres lebih cepat sehingga waktu berbunganya lebih awal.
HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan penyakit, prinsip pokok dan prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .
1. Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan musuh-musuh alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:
- memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
- mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum lebar/menggunakan pestisida selektif.
2. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
- penggunaan bibit sehat
- sanitasi kebun
- pemupukan berimbang
- pergiliran tumbuhan yang baik
- penggunaan tumbuhan perangkap,
3. Pestisida dipakai secara selektif menurut hasil pemantauan dan analisis ekosistem.
Hama
1. Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn) :
- * Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama yang merusak tumbuhan melati ialah larva (ulat).
- * Pengendalian: dilakukan dengan cara memotong penggalan tumbuhan yang terjangkit berat dan menyemprotkan insektisida yang mangkus dan sangkil, contohnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500 EC .
2. Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials) :
- Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
- Gejala: menyerang tumbuhan melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang terjangkit menjadi rusak dan kadang kala terjadi bisul sekunder oleh cendawan hingga menjadikan bunga busuk.
- Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, contohnya Decis 2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
3. Thips (Thrips sp) :
- Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tumbuhan (polifag).
- Gejala: menyerang dengan cara mengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk).
- Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tumbuhan inang di sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus : Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .
4. Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus) :
- Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup secara berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun penggalan bawah hingga ibarat sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan.
- Gejala: menyerang tumbuhan dengan cara mengisap cairan sel tumbuhan dan mengeluarkan cairan madu.
- Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, contohnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
5. Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis) :
- Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae.
- Ciri: ngengat berwarna coklat dengan panjang tubuh rata-rata 12 mm dan panjang rentang sayap kurang lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan.
- Gejala: menyerang daun tumbuhan melati identik (sama) dengan serangan ulat P. unionalis.
6. Hama Lain. :
- Hama lain yang sering ditemukan ialah kutu putih (Dialeurodes citri) dan kutu tempurung (scale insects). Bergerombol melekat pada cabang, ranting dan pucuk tumbuhan melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehingga proses fotosintesis (metabolisme).
- Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang mangkus, mirip Perfekthion 400 EC/Decis 2,5 EC.
Penyakit
1. Hawar daun :
- Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn.
- Gejala: menyerang daun yang letaknya bersahabat permukaan tanah.
- Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass).
- Gejala: menyerang penggalan cabang tumbuhan melati.
3. Hawar bunga (Flower Blight) :
- Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,.
- Gejala: bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang kala bunga berguguran.
4. Jamur upas :
- Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang dan cabang tumbuhan melati yang berkayu.
- Gejala: terjadi pembusukan yang tertutup oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada penggalan tumbuhan terinfeksi apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodium ialah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
5. Bercak daun :
- Penyebab: jamur Pestaloita sp.
- Gejala: bercak-bercak berwarna coklat hingga kehitam-hitaman pada daun.
6. Karat daun (Rust) :
- Penyebab: ganggang hijau benalu (Cephaleuros virescens Kunze).
- Gejala: pada permukaan daun yang terjangkit tampak bercak-bercak kemerah-merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.
7. Antraknosa :
- Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides.
- Gejala : terbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang berwarna merah jambu, terutama pada penggalan daun. Serangan berat sanggup menjadikan mati ujung (die back).
8. Penyakit lain :
- Busuk bunga oleh kuman Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tumbuhan melati, belang-belang daun dan kadang kala seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.
PANEN
Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen ialah ukuran kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup / setengah mekar. Produksi bunga melati di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari. Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan sesudah tanam. Panen bunga melati sanggup dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali hingga umur tumbuhan antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tumbuhan melati umumnya berlangsung selama 12 ahad (3 bulan).
Cara Panen
Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni ketika sinar matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.
Periode Panen
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya, produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi
Prakiraan Produksi
Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada isu terkini hujan, di Jawa Tengah, panen bunga melati pada isu terkini kemarau menghasilkan 5–10 kg/hektar, sedangkan panen pada isu terkini hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di Indonesia berkisar 1,5–2 ton/ha/th pada isu terkini hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada isu terkini kemarau.
PASCAPANEN
Pengumpulan
Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu untuk mempertahankan/memperpanjang kesejukan bunga tersebut dihamparkan dalam tampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara cuek antara 0-5 derajat C.
No comments:
Post a Comment